Keajaiban Purbakala atau Pusat Wisata Ruang Angkasa? (1)

Dari kota Damaskus ke Utara, di sana terdapat suatu teras yang disebut “Baalbek”; yakni suatu podium atau panggung yang terdiri dari balok-balok batu, di antaranya ada yang panjangnya 65 kaki dan beratnya 2.000 ton. Sampai sekarang para arkeologis belum dapat menjelaskan secara meyakinkan; mengapa, bagaimana, dan oleh siapa teras Baalbek itu dibangun. Tetapi seorang Profesor Rusia yang bernama Agrett, menduga teras itu adalah sisa-sisa dari landasan lapangan udara raksasa.
.
Berdasarkan pengetahuan yang kita peroleh dari para akhli tentang Mesir, Mesir purbakala muncul di depan kita secara mendadak, lengkap dengan peradabannya yang sudah siap tanpa masa transisi. Kota-kota besar dengan kuil besar-besar, patung-patung raksasa yang gagah perkasa, jalan-jalan indah diapit oleh arca-arca besar, sistem pengeringan yang sempurna, pusara-pusara mewah yang dipahat dari batu karang, piramida-piramida raksasa dan lain-lain yang aneh; seolah olah muncul begitu saja dari dalam tanah; merupakan keajaiban asli yang sekonyong-konyong telah mencapai puncaknya tanpa diketahui sejarahnya.
.
Tanah pertanian yang subur hanya terdapat di Delta Nil dan pada tepi kanan kiri sungai itu, yang menurut taksiran para akhli jumlah penduduknya pada waktu piramida besar sedang didirikan adalah sekitar 50.000.000 orang. Suatu jumlah yang secara menyolok kontradiksi dengan jumlah penduduk dunia pada tahun 3000 sebelum masehi, yang ditaksir hanya 20.000.000 orang.

Dalam penaksiran yang begitu besar, selisih satu atau dua juta, kurang atau lebih tidak menjadi soal. Tetapi satu hal yang sudah jelas, mereka harus diberi makan. Di sana bukan hanya terdapat rombongan pekerja konstruksi, tukang batu, akhli teknik, dan pelaut; bukan hanya ratusan ribu budak belian, melainkan juga tentara yang bersenjata lengkap, sejumlah pendeta yang disanjung-sanjung, para pedagang, petani, dan pegawai sipil; dan tidak kalah pentingnya dengan yang lain, ialah kehidupan mewah dari Firaun beserta keluarganya. Dapatkah mereka hidup dari hasil pertanian yang hanya sedikit dari Delta Nil itu?
.
Seharusnya orang mengatakan bahwa balok-balok batu yang diperlukan untuk membangun kuil itu didatangkan ke sana dengan jalan mendorongnya di atas gelondongan kayu. Tetapi orang-orang Mesir tak akan pernah menebangi pohon yang jumlahnva hanya sedikit itu, untuk dijadikan kayu gelondongan. Karena pohon-pohon di sana umumnya adalah pohon korma yang buahnya diperlukan untuk pangan, sedangkan pohon dan daunnya adalah satu-satunya peneduh untuk melindungi tanah dari kekeringan. Tetapi dari pernyataan di atas tentu mereka harus pernah memiliki kayu gelondongan, sebab jika tidak maka tidak akan didapat penjelasan teknik sekalipun yang selemah-lemahnya tentang pembangunan piramida-piramida itu.
.
Apakah kayu untuk keperluan itu diimpornya? Untuk mengimpor kayu diperlukan armada kapal pengangkut yang cukup besar. Setelah kayu itu dibongkar di pelabuhan Alexandria, masih perlu diangkut lagi melalui sungai Nil ke Kairo. Oleh karena Mesir pada waktu membangun piramida besar tidak mempunyai kuda dan gerobak, maka tak ada kemungkinan lain. Gerobak dan kuda tak dikenal orang di Mesir sampai dinasti ketujuh belas kira-kira tahun 1600 SM. Jadi masalahnya sekarang ialah penjelasan yang meyakinkan tentang pengangkutan balok batu itu. Para sarjana tentu akan mengatakan bahwa gelondongan-gelondongan kayu memang dibutuhkan.
.
Banyak sekali persoalan yang ada hubungannya dengan teknologi pembangunan piramida itu, tetapi penyelesaiannya belum ada yang tepat.
.
Bagaimana caranya orang-orang Mesir memahat pusara dari batu karang? Sumber dan dana apakah yang mereka miliki untuk membangun gedung-gedung kesenian dan ruangan-ruangan besar?
.
Dindingnya licin-licin dan hampir semuanya dihiasi dengan gambar-gambar relief. Lubang-lubang terowongan melandai ke bawah menuju lantai yang berbatu karang. Mereka telah membuat anak tangga menuju ke kamar mayat jauh di bawah, dengan seni yang paling tinggi. Para wisatawan mengaguminya, tetapi tiada seorangpun di antara mereka yang mendapatkan penjelasan tentang cara penggaliannya. Namun dapat dipastikan bahwa orang-orang Mesir itu sejak dahulu kala adalah akhli dalam pembuatan terowongan, karena pusara-pusara yang dipahat dari satu balok karang yang dibuatnya sebelumnya persis sama dengan yang paling akhir.

Tidak ada beda antara pusara Tety dari dinasti keenam dengan pusara Ramses I dari Kerajaan Baru, sekalipun terdapat tenggang waktu sedikit-dikitnya 1000 tahun di antara kedua pembuatannya. Jelas sekali bahwa orang-orang Mesir tidak memerlukan sesuatu yang baru terhadap teknik lama mereka.
.
Bangunan-bangunan yang lebih baru, sebenarnya merupakan jiplakan yang kurang sempurna dari model-model terdahulu.
.
Wisatawan yang mengunjungi piramida Cheops di sebelah barat Kairo dengan naik unta yang biasanya dipanggil Wellington atau Napoleon, akan diliputi perasaan aneh, seperti perasaan yang biasanya ditimbulkan oleh peninggalan masa silam yang misterius. Penunjuk jalan akan mengatakan bahwa seorang Firaun telah membuat pekuburan di sini. Setelah memotret beberapa obyek, si wisatawan pulang dengan membawa sedikit keterangan ilmiah itu. Piramida Cheops ini telah menginspirasikan beratus-ratus teori yang lemah dan gila.

Dalam buku “Pusaka kita dalam Piramida Besar” karya Charles Piazzi Smith, berisi 600 halaman, diterbitkan dalam tahun 1864; kita dapat membaca banyak hubungan antara piramida dan bumi kita, yang memerindingkan bulu roma. Namun demikian, kalau diselidiki secara kritis, buku itu masih mengandung fakta-fakta yang memancing celaan.
.
Sudah diketahui umum bahwa orang-orang Mesir purbakala menganut agama matahari. Dewa Matahari mereka “Ra,” menjelajahi langit dengan kendaraan yang mengeluarkan letusan-letusan api. Naskah-naskah tentang piramida dari kerajaan kuno pun melukiskan wisata-wisata sorga yang dilakukan oleh raja, yang sebenarnya dengan bantuan para dewa dan kapal mereka. Jadi para dewa dan para raja di Mesir semuanya telah terlibat dalam penerbangan.
.
Apakah benar-benar hanya kebetulan saja bahwa bila tinggi piramida Cheops diperbanyak dengan seribu juta, akan menjadi 98.000.000 mil kira-kira sesuai dengan jarak antara matahari dan bumi? Apakah kebetulan juga, bahwa garis meridian yang melalui piramida-piramida membagi benua dan samudera menjadi dua bagian yang sama? Apakah kebetulan juga, bahwa luas bidang dasar piramida itu bila dibagi oleh dua kali tinggi, hasil baginya adalah r = 3.14159 yang sangat terkenal itu? Apakah kebetulan juga, bahwa mereka dapat menemukan cara menghitung berat bumi?
.
Apakah kebetulan juga bahwa tanah yang berbatu-batu di mana bangunan itu berdiri telah diratakan secara cermat sekali?
.
Tidak ada sedikitpun petunjuk untuk menjelaskan mengapa orang-orang yang membangun piramida Cheops dan Firaun Khufu, yang justru memilih tanah padang pasir yang terjal berbatu-batu untuk tempat bangunan itu. Adalah masuk akal kalau Firaun Khufu menggunakan celah alamiah yang terdapat dalam batu karang untuk bangunan raksasanya. Keterangan lain walaupun lemah, menyebut bahwa ia ingin mengawasi jalannya pekerjaan dari istana musim panasnya.

Kedua alasan itu bertentangan dengan pikiran sehat. Dalam hal pertama; apakah tidak lebih praktis kalau tempat bangunan itu lebih dekat kepada tambang di sebelah Timur, untuk memperpendek jarak transport bahan? Dalam hal kedua, adalah mustahil kalau Firaun mau diganggu oleh hiruk pikuk pekerjaan pembangunan piramida, setiap hari.

Oleh karena banyak kritik yang perlu dikemukakan terhadap buku-buku keterangan tentang pemilihan tempat bangunan itu, maka beralasanlah kiranya kalau dipertanyakan; apakah para “dewa” tidak turut menentukannya, sekali pun hanya lewat kependetaan ? Tetapi kalau penjelasan itu diterima, maka ada lagi satu pembuktian yang penting terhadap teori ini tentang masa silam utopi dari umat manusia.
.
Karena piramida itu tidak hanya membagi benua-benua dan samudera-samudera menjadi dua bagian yang sama, melainkan juga letaknya yang tepat di pusat gravitasi benua-benua. Kalau kenyataan di atas bukan kebetulan dan memang agaknya sulit untuk percaya bahwa itu kebetulan saja, maka lokasi bangunan itu pasti telah dipilih oleh makhluk-makhluk yang mengetahui benar bentuk bulat dari bumi ini serta bentangan benua dan samudera di atasnya. Dalam hubungan ini, hendaknya kita ingat kembali akan peta-peta milik Piri Reis dari Turki. Jadi semuanya itu bukanlah kebetulan atau harus dianggap dongeng bohong belaka.
.
Dengan kekuatan apa, dengan “mesin-mesin” apa dan dengan teknik apa lapangan batu terjal itu diratakannya? Bagaimana caranya para akhli teknik bangunan itu membuat terowongan ke bawah menembus batu karang itu? Dan bagaimana cara meneranginya? Baik di sini maupun di pusara-pusara para raja di lembah-lembah, yang dipahat dalam balok batu karang, tidak ada tanda-tanda bahwa di situ pernah digunakan obor atau sebangsanya. Tidak ada langit-langit atau dinding yang hitam atau bekas membersihkan jelaga hitam.

Bagaimana dan dengan alat apakah balok batu itu dipotong dan dikeluarkan dari tambangnya? Bagaimana menajamkan pinggirannya dan menghaluskan sisi-sisinya? Bagaimana mengangkutnya dari tambang ke tempat pekerjaan dan bagaimana menyambungkannya satu sama lain sampai seteliti seperseribu inci?

Sekali lagi orang dapat memilih penjelasan di antara: dataran miring dan rata di mana balok-balok batu didorong, perancah dan jalur-jalur landai. Dan tentu saja tenaga kerja yang terdiri dari ratusan ribu budak belian, petani, akhli bangunan, dan pengrajin. Tiada satupun dari keterangan-keterangan ini yang tahan terhadap penelitian-penelitian kritis. Piramida besar sampai sekarang masih merupakan bukti nyata dari suatu teknik yang tak pernah dapat dipahami.

Sekarang dalam abad kedua puluh ini, tiada seorang arsitekpun yang dapat menjiplak piramida Cheops itu, sekalipun disediakan bahan dan dana dari segenap benua. 2.600.000 potong balok raksasa telah dipotong dan ditambang, dihias, diangkut dan dipasang di tempat lokasi bangunan seteliti satu perseribu bagian dari satu inci. Dan jauh di bawah di dalam ruang-ruang, semua dindingnya digambari dengan cat berwarna.

Lokasi dari piramida itu adalah hasil ulah dari Firaun. Ukuran “klasik”nya yang tak tertandingi itu bagi para pendirinya hanyalah secara kebetulan saja. Beberapa ratus ribu pekerja mendorong dan menghela balok batu yang masing-masing seberat dua belas ton lebih ke atas jalur landai dengan tali yang tak pernah ada di atas gelondongan-gelondongan kayu yang tak pernah ada. Kelompok pekerja ini hidup dengan makan gandum tak juga pernah ada. Mereka tidur dalam kemah kemah yang tak pernah ada yang dibangun di luar halaman istana musim panas Firaun. Para pekerja itu dikomando dengan aba-aba “Holopis kuntul baris” melalui pengeras suara yang tak pernah ada, maka dengan demikian balok batu itu serentak didorong ke atas.

Dan jika para pekerja yang rajin itu setiap hari mencapai jatah pekerjaan hariannya yang luar biasa itu, yakni sepuluh balok ditumpuk satu di atas yang lainnya; maka untuk memasang 2.600. 000 balok batu menjadi suatu piramida yang megah itu memerlukan waktu 260.000 hari atau 664 tahun. Ya, dan jangan lupa pula, bahwa semua itu terjadi sebagai hasil dari ulah seorang raja sinting yang tak pernah mengalami penyelesaian bangunan yang telah diilhamkan kepadanya.

Memang, tak perlu menganggap teori ini sebagai sesuatu yang menggelikan. Siapakah secara jujur percaya bahwa piramida itu tak lain dan tak bukan ialah pusara seorang raja? Siapakah yang sekarang menganggap bahwa penerusan simbol-simbol matematika dan astronomi adalah suatu hal yang kebetulan belaka? Sekarang sudah disepakati umum, bahwa piramida besar itu dihubungkan kepada Firaun Khufu sebagai penerima ilhamnya dan sebagai pendirinya. Mengapa? Karena semua prasastinya dan lembaran-lembaran sejarahnya dihubung-hubungkan kepadanya.

Jelas nampaknya, bahwa piramida itu tidak dapat dibangun dalam satu masa hidup seseorang. Tetapi bagaimana kalau Khufu memaksa orang untuk membuat prasasti dan lembaran sejarah itu karena ingin termasyhur? Cara itu sangat populer di zaman purba; banyak bangunan menjadi saksi. Jika seorang diktator ingin supaya dirinya masyhur, ia memerintahkan supaya keinginannya itu terlaksana, kalau itu halnya maka piramida itu telah ada sebelum Khufu memperkenalkan diri.

Di Perpustakaan Bohlean di Oxford terdapat sebuah tulisan kuno di mana pengarang “Copti” bernama Mas-Udi menetapkan bahwa Raja Mesir yang bernama Surid-lah yang membangun piramida besar di Mesir itu. Cukup aneh, Surid ini memerintah Mesir sebelum banjir besar. Raja Surid yang bijaksana ini memerintahkan para pendeta, supaya menuliskan segala kearifan mereka, dan menyembunyikannya di dalam piramida. Jadi, kalau menurut hikayat Copti, piramida itu didirikan sebelum banjir besar. Herodatus dalam Buku II nya tentang “Sejarah “ memperkuat dugaan itu. Para pendeta dari Thebes telah menunjukkan kepadanya 341 buah patung raksasa, yang masing-masing berarti satu generasi kependetaan tinggi, sedang seluruhnya mencakup masa 11.340 tahun.

Sekarang kita mengetahui bahwa tiap pendeta tinggi telah dibuatkan patung baginya untuk selama masa kehidupannya. Herodatus juga mengatakan bahwa selama ia bertempat tinggal di Thebes setiap pendeta secara bergiliran menunjukkan patungnya masing-masing kepadanya sebagai bukti seorang putera selalu mengikuti jejak ayahnya. Para pendeta itu menjamin bahwa pernyataan mereka itu sangat cermat karena mereka telah mencatat segala sesuatunya untuk generasi-generasi mendatang. Mereka menerangkan pula bahwa tiap patung dari 341 buah patung itu mewakili satu generasi. Sebelum 341 generasi ini para dewa hidup bersama-sama manusia biasa, sedangkan setelah itu tidak ada seorang dewapun yang datang mengunjungi mereka dalam bentuk manusia.

Masa sejarah mesir ditaksir kirakira 6500 tahun. Kalau begitu mengapa para pendeta itu tak malu-malunya mendustai wisatawan Herodatus dengan 11.340 tahun itu? Dan mengapa mereka itu dengan tegas menekankan bahwa tak ada dewa hidup di tengah-tengah mereka selama 341 generasi? Perincian ini tidak akan ada artinya sama sekali jika para “dewa” benar-benar tidak pernah hidup di antara mereka di zaman yang silam itu.

Kita hampir tidak mengetahui apa-apa tentang bagaimana, mengapa, dan bila piramida itu dibangun. Sebuah gunung buatan setinggi 490 kaki dengan berat 6.500.000 ton berdiri di sana sebagai bukti dari kehebatan yang dicapai pada waktu itu. Monumen ini diduga bukan apa-apa melainkan kuburan mewah dari seorang raja yang sangat royal. Setiap orang yang percaya kepada keterangan demikian boleh datang di sana.

Mummi-mummi yang juga tidak dapat mengerti dan belum dijelaskan dengan meyakinkan, menatap kita dari masa yang baru saja silam, seolah-olah mereka itu memegang beberapa rahasia ajaib.

Sebagian orang ada yang mengetahui teknik pembalseman mayat. Penemuan-penemuan arkeologis memperkuat dugaan bahwa makhluk purbakala percaya akan adanya kehidupan badaniah kedua di kemudian hari. Interpretasi demikian akan dapat diterima jika dalam falsafah agama dari kepurbakalaan terdapat bukti yang paling dekat dari kepercayaan akan kehidupan badaniah kedua. Jika nenek moyang kita yang masih primitif itu hanya percaya akan adanya kehidupan rohaniah kedua, maka mereka tidak akan begitu repot-repot mengenai kematian itu. Tetapi penemuan dalam pusara-pusara di Mesir memberikan contoh demi contoh dari pembalseman mayat sebagai persiapan untuk kehidupan badaniah yang kedua itu.

Apa yang dikatakan oleh bukti, apa yang dikatakan oleh pembuktian terlihat dan tidak akan begitu menggelikan. Lukisan-lukisan dan hikayat-hikayat sebenarnya menunjukkan bahwa para “dewa” berjanji akan datang kembali dari bintang bintang untuk membangunkan mayat-mayat yang dibalsem sesempurna-sempurnanya, untuk memasuki kehidupan baru. Itu sebabnya maka ketentuan tentang pembalseman mayat dalam ruang-ruang penguburan dibuat sedemikian praktis, karena diperuntukkan bagi kehidupan di balik kubur ini. Jika tidak demikian, lalu apa kiranya yang telah mereka lakukan dengan uang, permata, dan segala benda kesayangan mereka? Hal itu mereka lakukan karena bagi mereka itu bahkan di dalam pusaranya disediakan juga beberapa pelayan yang pasti telah dikubur hidup-hidup.Titik berat dari segala persiapan itu ialah kelanjutan kehidupan dalam kehidupan baru.

Pusara-pusara itu sangat tahan lama dan kokoh hampir tahan akan bom atom, dan dapat menahan keganasan alam sepanjang masa. Barang-barang berharga yang ditinggalkan di dalarnnya, seperti emas, dan batu pertama, sebenarnya tak dapat rusak.

Di sini kita tidak akan menyinggung pembicaraan tentang penyalahgunaan pembalseman yang terjadi kemudian. Siapakah gerangan yang memasukkan gagasan tentang kelahiran kembali badaniah ini ke dalam benak orang-orang penyembah berhala ini? Dan dari mana datangnya gagasan yang berani ini yakni bahwa sel-sel dari badan seseorang harus diawetkan, sehingga, jika mayatnya disimpan di dalam tempat yang ditutup sangat rapat dapat dibangunkan kembali untuk mematuhi kehidupan baru, beribu-ribu tahun kemudian?

Selama ini masalah pembangunan kembali yang misterius ini hanya baru ditinjau dari segi keagamaan saja. Tetapi bagaimana halnya dengan Firaun yang kita anggap lebih banyak mengetahui tentang sifat dan kebiasaan para “dewa” dari pada kawula-kawula negaranya, apakah dia juga mempunyai gagasan-gagasan gila ini?

“Aku harus membuat pekuburan bagi diriku sendiri, yang tak dapat rusak selama jutaan tahun dan dapat dilihat orang jauh dari seberang negeri. Para dewa berjanji akan datang kembali dan akan membangunkan daku, untuk memulihkan daku hidup kembali”.

Apa yang harus kita katakan tentang itu dalam abad ruang angkasa ini? Akhli pengetahuan alam dan astronomi Robert C.W. Ettinger, dalam bukunya berjudul “Prospek dari Keabadian”, terbitan tahun 1965; menyarankan suatu cara untuk membekukan badan kita sedemikian rupa sehingga sel-selnya dilihat dari segi biologi dan medis masih tetap hidup, tetapi kegiatannya terhambat satu milyar kali. Gagasan ini di masa sekarang masih utopis, tetapi kenyataannya klinik besar sekarang mempunyai “bank tulang” yang mengawetkan tulang manusia dalam keadaan sangat dingin yang membekukan, sehingga selselnya tetap hidup selama bertahun-tahun dan pada waktunya nanti dapat digunakan kembali. Darah segar ini pun sudah diperaktekan di seluruh dunia sekarang dapat disimpan untuk waktu yang tak terbatas pada suhu 196_C di bawah nol, sedangkan sel-sel hidup dapat disimpan untuk waktu yang hampir tak terbatas pada suhu dari nitrogen cair. Apakah Firaun juga mempunyai gagasan yang fantastis, yang segera direalisasikan dalam praktek?

Yang berikut ini anda harus membacanya dua kali untuk memahami benar implikasi yang fantastis dari penelitian ilmiah sebagai berikut. Bulan Maret 1963, para biologis dari University of Oklahoma memastikan bahwa sel-sel kulit dari seorang putera Mesir yang. bernama Mene dapat hidup, sedangkan ia telah meninggal dunia beberapa ribu tahun yang lalu.

Beberapa penemuan di berbagai tempat yang ada muminya, mummi itu telah diawetkan demikian sempurnanya dan utuh, sehingga kelihatannya seperti hidup.

Mummi glasier peninggalan orang-orang Inca sudah bertahan berabad-abad dan secara teori mereka mampu untuk hidup kembali. Utopi?

Dalam musim panas tahun 1965, televisi Rusia memperlihatkan dua ekor anjing yang telah dibekukan selama seminggu. Pada hari ketujuh anjing-anjing itu di “cairkan” kembali dan sekonyong-konyong hidup kembali seperti sediakala.

Orang Amerika (ini bukan rahasia) sedang memikirkan dengan serius suatu bagian dari program ruang angkasanya, yakni bagaimana membekukan para astronot yang akan datang untuk perjalanan mereka yang panjang sekali ke bintang-bintang yang jauh.

Dr. Eltinger yang sering mencek masa kini dan meramalkan hari depan di mana orang tidak lagi akan dapat dimakan api atau cacing.

Badan manusia akan dibekukan dalam kuburan yang sangat dingin atau bunker-bunker pembeku, sambil menanti kemajuan di bidang kedokteran yang dapat menghilangkan sebab-sebab dari kematian mereka dan kemudian menghidupkan mereka ke dalam kehidupan baru. Orang dapat memahami impian yang mengerikan tentang sepasukan tentara yang dibekukan, dan kemudian akan “dicairkan” kembali bila perlu, terutama dalam keadaan perang; suatu gagasan yang benar-benar menakutkan.

Tetapi apa hubungannya mummi itu dengan teori kita tentang wisatawan-wisatawan ruang angkasa di masa silam itu? Apakah kita dengan tergesa-gesa sedang menggali bukti-bukti? Bagaimana orang-orang purbakala mengetahui bahwa sel-sel badan tetap hidup kemudian mengendur semilyar kali setelah mengalami pengerjaan tertentu ? Dan darimana asalnya gagasan tentang keabadian dan bagaimana orang-orang mendapatkan konsepsi tentang kebangkitan kembali badaniah?

Kebanyakan orang purbakala mengetahui teknik permummian; orang kaya benar-benar mempraktekkannya. Di sini kita tidak mempersoalkan fakta yang dapat diperlihatkan ini melainkan mencari jawaban atas pertanyaan, dari mana asalnya gagasan tentang bangun kembali atau hidup kembali.

Apakah gagasan itu timbul pada beberapa raja atau putra mahkota bangsa pengembara hanya semata-mata secara kebetulan saja, atau karena ada beberapa penduduk kaya yang melihat para “ dewa” merawat mayat dengan proses yang sulit kemudian menyimpannya dalam peti mayat yang terbuat dari batu yang tahan bom? Apakah ada beberapa wisatawan ruang angkasa mengajarkan kepada seorang pangeran yang cerdas dan berdarah raja, bagaimana mayat dapat dibangunkan kembali setelah mendapat perawatan khusus?

Spekulasi ini mernerlukan konfirmasi dari sumber-sumber kontemporer. Dalam beberapa ratus tahun mendatang umat manusia akan menguasai penerbangan ruang angkasa yang sekarang masih dianggap tak masuk akal. Biro-biro kepariwisataan akan menawarkan tour ke planet-planet dengan tanggal pemberangkatan dan tanggal kembali yang tepat dalam brosur-brosurnya.

Jelaslah bahwa persyaratan bagi penguasaan ini ialah semua cabang ilmu pengetahuan harus mengikuti perkembangan ruang angkasa. Elektronika dan sibernetika saja tidak cukup. Kedokteran dan biologi akan memberikan bantuannya dengan jalan menemukan suatu cara untuk memperpanjang fungsi-fungsi vital dari badan manusia. Bagian ini dari penelitian ruang angkasa sekarang sedang giat-giatnya bekerja.

Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

UFO Photo Archive

Guestbook (Buku Tamu) :